Hambalang, Presiden Prabowo Subianto menggelar wawancara eksklusif dengan tujuh jurnalis senior di kediamannya, Hambalang, Bogor, pada Minggu (6/4). Dalam sesi diskusi yang berlangsung dalam suasana hangat itu, Prabowo mengupas berbagai isu strategis nasional dan internasional. Mulai dari pengesahan RUU TNI, teror kepala babi, program Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga dampak tarif impor tinggi dari Amerika Serikat.
Respons atas Kontroversi Kepala Babi: “Itu Pernyataan Teledor”
Prabowo secara terbuka menyesalkan pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, yang menanggapi teror kepala babi dengan guyonan. Ia menyebut pernyataan itu sebagai tindakan teledor yang tidak pantas diucapkan oleh pejabat publik. Menurutnya, Hasan belum sepenuhnya beradaptasi dari dunia akademis ke dunia komunikasi politik.
Di sisi lain, Prabowo menegaskan bahwa teror tersebut merupakan upaya adu domba. Ia mengaku kaget dan menilai tindakan itu tidak mencerminkan etika politik yang sehat.
RUU TNI dan Tuduhan Dwifungsi: “Tidak Masuk Akal”
Prabowo membantah keras tudingan bahwa RUU TNI yang sedang digodok DPR bertujuan menghidupkan kembali dwifungsi ABRI. Menurutnya, substansi utama dari RUU tersebut hanya memperpanjang usia pensiun sejumlah perwira tinggi. Ia menegaskan tidak ada keinginan dari TNI untuk kembali ke dunia politik.
Prabowo mengingatkan bahwa dirinya merupakan bagian dari gerakan reformasi militer yang mendorong supremasi sipil. Ia menyatakan kesediaannya untuk tunduk pada keputusan sipil sejak diberhentikan oleh Presiden BJ Habibie meskipun saat itu memegang komando pasukan besar.
Program MBG Capai 3 Juta Anak, Target 100% di November
Terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG), Prabowo menyampaikan kebahagiaannya karena sejak diluncurkan pada 6 Januari 2025, program tersebut telah menjangkau lebih dari 3 juta anak sekolah. Ia optimis target 100 persen penerima manfaat akan tercapai pada Oktober atau November 2025.
Meski sempat diragukan oleh beberapa kalangan, Prabowo menekankan bahwa MBG kini tumbuh pesat dan menunjukkan hasil nyata dalam waktu singkat.
Demo RUU TNI: “Apakah Murni atau Dibayar?”
Mengenai unjuk rasa yang menolak pengesahan RUU TNI, Prabowo menekankan pentingnya penilaian yang objektif. Ia mempertanyakan apakah aksi-aksi tersebut murni berasal dari keresahan masyarakat atau disponsori pihak tertentu. Meskipun begitu, Prabowo menegaskan bahwa kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak yang dijamin konstitusi, asalkan dilakukan secara damai.
Presiden juga mendorong agar kekerasan aparat saat mengamankan demo diusut tuntas, seraya tetap mengingatkan potensi adu domba dari kelompok yang ingin menciptakan instabilitas nasional.
Tanggapan atas Tarif Trump: “Dampaknya Berat, Tapi Kita Siap”
Prabowo tak memungkiri bahwa tarif impor tinggi dari Presiden AS Donald Trump akan berdampak serius, terutama terhadap sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, dan furnitur. Namun, ia optimis Indonesia bisa menghadapinya dengan membuka pasar baru.
Ia juga mengkritik ketergantungan negara berkembang terhadap sistem pasar bebas yang selama ini didorong Amerika. Menurutnya, ASEAN harus mulai belajar berdiri di atas kaki sendiri dan tidak selalu mengikuti arus globalisasi.