Dewi Perssik, penyanyi dangdut ternama Indonesia, baru-baru ini mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Ia menjadi korban teror ekshibisionis di sebuah tempat umum. Kejadian ini membuat publik terkejut, apalagi pelaku diduga seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). Berikut kronologi lengkap dan respons Dewi Perssik terhadap insiden tersebut.

Peristiwa tersebut terjadi pada sebuah sore ketika Dewi tengah berada di kawasan Jakarta Selatan. Menurut Dewi, seorang pria mendekatinya secara mencurigakan. “Awalnya saya tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Tapi saat dia mulai melakukan tindakan tidak senonoh, saya langsung menjauh,” ujar Dewi kepada media, Rabu (19/12).

Pria tersebut diduga seorang ASN yang sedang tidak bertugas. Beberapa saksi di lokasi sempat melihat tindakan pelaku sebelum akhirnya dia melarikan diri. Salah satu saksi, seorang pedagang kaki lima di lokasi kejadian, mengungkapkan, “Ibu Dewi langsung kaget dan meminta bantuan. Pelaku kabur setelah tahu banyak orang yang memperhatikannya.”

Kejadian ini telah dilaporkan ke pihak berwajib. Dewi Perssik menegaskan bahwa ia ingin pelaku mendapatkan hukuman setimpal. “Ini bukan soal saya saja, tapi semua perempuan yang harus merasa aman di ruang publik,” tambahnya.

Polisi kini tengah menyelidiki kasus ini dengan serius. Berdasarkan informasi sementara, pelaku telah diidentifikasi dan tengah dalam proses pemanggilan. “Kami akan melakukan investigasi mendalam dan memastikan pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya.” ungkap Kapolsek Agung Permana.

Kasus ini menjadi pengingat penting akan pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan di ruang publik. Dewi Perssik berharap agar insiden yang menimpanya menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih waspada dan berani melaporkan tindakan serupa. “Keberanian kita untuk bersuara adalah langkah awal melawan pelecehan,” tutupnya dengan tegas.

Baca juga :  KPK Panggil Ridwan Kamil dalam Kasus Korupsi Bank BJB Usai Lebaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *