Cianjur, Kepolisian Resor Cianjur, Jawa Barat, terus mendalami kasus keracunan massal yang menimpa puluhan siswa di dua sekolah di Kabupaten Cianjur. Pada Rabu (23/4), Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Cianjur memeriksa sepuluh orang pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Limbangansari, yang menjadi sumber makanan bergizi gratis (MBG) untuk siswa sekolah.
Pemeriksaan ini merupakan bagian dari proses penyelidikan setelah sejumlah siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Cianjur mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Sepuluh orang yang diperiksa terdiri dari kepala SPPG, ahli gizi, juru masak, petugas pengemasan, serta kurir pendistribusian makanan ke sekolah.
Kasat Reskrim Polres Cianjur, AKP Tono Listiono, menyampaikan bahwa pemeriksaan ini dilakukan untuk mengumpulkan fakta-fakta dan kronologi kejadian. Ia menegaskan bahwa seluruh pihak yang diperiksa saat ini masih berstatus sebagai saksi.
“Tim kami sudah memeriksa 10 orang yang terlibat langsung dalam proses produksi dan distribusi makanan MBG. Selain itu, kami juga telah mengamankan berbagai barang bukti dari dapur SPPG Limbangansari,” jelas AKP Tono saat konferensi pers di Markas Polres Cianjur.
Barang bukti yang diamankan antara lain sampel makanan, alat masak, serta wadah plastik yang digunakan untuk distribusi makanan. Semua sampel tersebut telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat untuk dilakukan uji laboratorium secara menyeluruh.
Kasus ini memicu perhatian masyarakat luas, terutama karena program MBG merupakan bagian dari inisiatif pemerintah daerah untuk meningkatkan asupan gizi siswa sekolah. Dugaan bahwa makanan yang dibagikan justru menjadi sumber penyakit menjadi pukulan bagi kepercayaan masyarakat terhadap program sosial tersebut.
Pemerintah Kabupaten Cianjur menyatakan akan meninjau ulang prosedur operasional SPPG dan melakukan audit menyeluruh terhadap sistem keamanan pangan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak kembali terulang.
Para ahli gizi dan pengawas mutu pangan juga diminta untuk turut serta dalam investigasi. Mereka diharapkan dapat memberikan analisis profesional terhadap kemungkinan kontaminasi bahan makanan atau kesalahan dalam proses pengolahan yang bisa menyebabkan keracunan.
Hingga saat ini, kondisi para siswa yang sebelumnya sempat dirawat sudah mulai membaik. Namun proses pemulihan psikologis dan pengawasan kesehatan tetap dilakukan oleh dinas terkait.
Dengan adanya kasus ini, pihak kepolisian mengimbau seluruh pengelola dapur MBG di wilayah lain agar memperketat pengawasan mutu makanan serta memastikan prosedur higienitas dilaksanakan secara konsisten.